Rabu, 01 Februari 2012

RAMADHAN BULAN YANG SIAL (Jangan beri comment sebelum baca semua catatan ini !)

Menemukan kembali tulisan yang luar biasa, nyentrik, dibalut dengan pola pikir "out of box" dan penuh satir elegan.
Tulisan ini dari Judul sampai akhir tidak diedit sama sekali, sama persis dari note penulis, semoga dapat mengambil poin positif,, ramadhan is back! Mohon maaf lahir dan bathin!
====================================================================

Tak terasa tahun ini Ramadhan sudah mendekat. Insya Allah pada akhir Agustus ini ummat muslim akan memasuki bulan yang penuh rahmat,  maghforoh dan pembebasan dari siksa neraka itu.Saya masih ingat kritikan seorang teman baik saya di facebook pada tahun lalu lewat judul tulisannya "Ramadhan bulan yang sial". Kritik kalau kita tanggapai positif, pasti akan memberi efek positif bagi kita, akan tetapi kalau kita responi dengan negatif thinking, tentu nggak akan membawa perubahan apa-apa bagi kita.Apa saja kritik terhadap perilaku ummat Islam dalam aktivitas Ramadhan ?
1) Angka kriminal meningkat menjelang Ramadhan dan menjelang Idul Fitri.
Pada Ramadhan tahun lalu, ketika banyak tahanan mendapat remisi menjelang Idul Fitr, konon mereka merampok dulu sebelum kembali ke kampung halamannya. Ya, mereka keluar Lapas tidak dibekali 'pesangon', sehingga malu banget pulang dengan 'tangan hampa'.Saya pernah menjadi pengawas ujian di sebuah sekolah swasta milik Yayasan Katholik di Bogor tahun 80-an dulu. Kebetulan pelaksanaan ujian bertepatan dengan bulan Ramdhan. Ketika sekolah dibuka pagi harinya, ternyata diketahui telah terjadi kehilangan seperangkat alat souns system di sekolah itu. Apa tanggapan orang-orang di sana ? Saya masih ingat hingga saat ini, "Ah, biasalah, ini 'kan mau hari raya; mungkin pencurinya perlu uang untuk beli baju baru.......".
Memang tidak ada angka yang valid mengenai hal ini, namun kalao kita nonton TV atau baca koran, atau di lingkungan kita sendiri, kayaknya memang ada peningkatan kriminal yang memang belum tentu 100% berkaitan dengan Ramadhan. Tapi nggak ada salahnya kalau kita introspeksi. Misalnya dengan mengoptimalkan zakat (maal dan fitrah], sehingga saudra2 yang ekonomi lemah dapat terbantu dan menutup peluang mencuri atau merampok.Ramadhan atau Idulfitri bukanlah untuk bermewah-mewah atau pamer kekayaan. Tidak ada ajaran Islam yang mengisyaratkan atau memerintahkan mengenai hal ini. Berpuasa di bulan Ramadhan adalah salah satu rukun Islam. Berpuasa --dan juga amalan tarawih, tadarusan, serta i'tikaf di masjid-- diperintahkan agar "la'allakum tattaquuun'" [agar engkau menjadi orang yang bertaqwa], sehingga bagi mukminin dan mukminat yang menjalankan amalan ramadhan sesuai tuntunan agama, maka pada pagi 1 Syawal, mereka diibaratkan seperti bayi yang baru lahir dari rahim ibunya, bersih tanpa dosa !Bikin baju baru, beli sepatu baru, ganti mobil baru, merehab atau merenovasi rumah, beli kembang api, beli mercon, dll., hanyalah tradisi belaka. Ummat Islam harus jeli memilih tradisi ini. Kalau suatu tradisi memang ada efek positifnya bagi ummat dan tetangga kita [umat] lain, silakan dilanjutkan ! Akan tetapi kalau tradisi itu tak membawa manfaat apa-apa [malah membawa mudhorat], nggak usahlah dilanjutkan lagi !!!

2) Menjelang Ramadhan dan Syawal banyak  orang Islam minjam uang.
Teman itu mencontohkan bagaimana di kampungnya dulu, banyak orang datang minjam uang ke rumahnya untuk keperluan Ramadhan dan hari raya.Meminjam uang kepada tetangga atau ke bank sah-sah saja. Akan tetapi kalau pinjaman adalah untuk hal-hal yang bersifat konsumtif atau tidak disesuaikan dengan kemampuan mengembalikannya, maka pinjaman itu cendrung akan menzholimi diri sendiri.Kenapa kita harus menzholimi diri sendiri ? Kenapa kalau masak untuk perbukaan puasa misalnya harus dengan makanan yang mewah ala restoran 'cepat saji' ? Kenapa anggaran sembako kita meningkat selama Ramadhan ? Rasulullah hanya berbuka dengan 2 atau 3 butir kurma, setelah itu beliau sholat maghrib.
Jadi, nggak usahlah pakai 'gengsi-gengsian' atau 'pamer-pameran' dalam menyambut Ramadhan. Kita gembira menyambut Ramadhan, kerena itulah kesempatan untuk beribadah dengan pahala berlipat ganda. Dan Idul fitri adalah untuk saling memaafkan zahir-bathin; bukan ajang untuk pamer rumah baru, mobil baru, HP baru, makanan mewah, dst dst....

3) Ummat Islam minta dihormati tapi nggak mau menghormati. Sebetulnya yang mengeluarkan statement "hormatilah orang yang berpuasa" adalah Pemerintah. Sejak tahun 70-an, ketika saya bersekolah di SMP, saya sering membaca himbauan Bupati yang ditempel dimana-mana. Misalnya jangan makan-minum atau merokok dekat orang yang berpuasa; jangan menjual makanan/minuman di siang hari, dst, dst.Logikanyanya, yang harus dihormati tentu saja bukan hanya orang yang berpuasa, sebagai sesama warga negara, orang yang tidak berpuasa pun harus dihormati juga !Bayangkan kalau selama Ramadhan semua warung nasi dan restoran tutup pada siang hari, kawan-kawan yang tidak berpuasa --yang biasa makan di warung-- mau makan kemana ? Atau kalau ada teman-teman yang melakukan perjalanan jauh, lalu mereka mau makan, tapi semua warung makan tutup; kasihan dong  mereka !Kalau sekedar makan-minum dekat orang berpuasa tidaklah terlalu prinsip. Justru itu dapat kita jadikan ujian bagi kita yang berpuasa, sehingga kualitas puasa kita meningkat.Jadi, pada pendapat saya, Pemerintah jangan terkesan seolah-olah 'membela orang berpuasa'. Pemerintah harus mengakomodir kepentingan semua warganya tanpa membedakan agama, ras, suku atau kelompok !

4) Semua tempat hiburan harus tutup selama Ramadhan agar ummat Islam khusyuk beribadah.
  Ini kebijakan yang aneh [tapi nyata]. Kalau tempat-tempat maksiyat, seperti kompleks pelacuran, seharusnya DITUTUP UNTUK  SELAMA-LAMANYA, begitu juga tempat-tempat judi.. Jangan hanya ditutup selama Ramadhan !
TANGKAP ITU OKNUM YANG MENJADI BACKING JUDI DAN PELACURAN !, ATAU SEGERA SEGEL BEGITU ADA TEMPAT-TEMPAT SEMACAM ITU DIDIRIKAN !!! Bukanlah kita punya UU anti perjudian, anti pelacuran, dst, dst.
Nah kembali ke kontek Ramadhan, bagaiamana misalnya kalau ada teman2 non-mualim yang akan pergi karaoke bersama keluarga ke 'karaoke longue' yang lokasinya jauh dari masjid dan ruangannya kedap suara, tak terdengar sedikiy pun ke luar. Apakah tempat hiburan semacam ini harus ditutupi juga atau dibatasi jam operasinya ? Lagian kalau ditutup kasihan dong karyawannya yang bergaji kecil dan berharap mendapat uang tip dari pengunjung.......
Jadi, perlu ketegasan Pemerintah, apa sebenarnya yang dimaksud tempat hiburan ? Jangan campur-adukkan tempat hiburan dengan tempat maksiyat, atauj udi, dan sejenisnya !

5) Kegiatan di Mesjid melalui speaker/TOA yang full volume sepanjang malam sangat mengganggu warga.
Hal ini sudah puluhan tahun menjadi masalah; bahkan alm.Gus Dur secara bercanda pernah bilang, "apakah Tuhan orang Islam itu pekak, sehingga harus diseru-seru lewat Toa yang memekakkan kuping ?".
Sebenarnya yang terganggu bukan hanya teman-teman non-muslim, yang muslim pun banyak yang terganggu. Nggak usah tanya solusi dulu, seharunya ulama-ulama menyadarkan ummat bahwa tidak ada ajaran yang mengharuskan orang Islam memakai TOA untuk sholat, tadarus, atau membangunkan orang untuk sahur pada pukul 2 pagi.
Ada teman yang berpendapat bahwa memakai TOA itu adalah bid'ah yang bermanfaat, seperti juga memukul bedug yang nggak ada emang di jaman Nabi.
Namun apapun namanya, termasuk juga mungkin ijtihad ulama, kalau sudah mengganggu ketentraman tetangga, dimana lagi letaknya unsur 'rahmatan lil 'alamin' ? Kalau sudah begini, masih pantaskah kita meng-klaim bahwa Islam adalah rahmat bagi sekalian alam ?
Di Makkah -yang warganya 100% muslim-- sound system-nya bagus banget. Walau kita di masjidil haram, namun telinga tidak pekak. Mendengar suara di speaker-nya seolah-olah imam berada dekat kita. Dari bagian luar masjidil haram memang kedengaran alunan azan, namun kedengarannya sayup-sayup sampai saja. Lembut dan merdu. Begitu juga di masjid Nabawi Madinah. Kiranya para ulama kita lebih tahu mengenai hal ini, begitu juga para pejabat pemerintah yang sudah pergi haji. Masalahnya kenapa kita tidak mau meniru apa yang bagus di negara orang untuk diterapkan pula di begeri ini ? Ini baru masalah toa; belum lagi masalah mercon yang berasahut-sahutan sepanjang malam, atau kembang api.... yang jelas-jelas nggak ada dianjurkan dalam ajaran Islam ! Ada juga pawai takbir keliling kota yang kayak "show of force" saja. Terkadang suara takbir kalah dengan raungan motor anak-anak muda........

Demikian sedikit ulasan dari saya. Saya tidak memaksakan pendapat. Kalau salah mohom dokoreksi; kalau kurang lengkap, mohon dilengkapi ! Terima kasih.

Pinggiran Waduk Pakujuang; Minggu pagi 08.00 WIB
Salam persahabatan
Ir.H.Wijaya Yasmin
Warga negara biasa
Rakyat Indonesia
Warga Ketapang asal Minang


sumber: http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150175525248078

Tidak ada komentar:

Posting Komentar